TANYA DAN ORDER VIA FACEBOOK

Rabu, 14 September 2011

Kisah Sukses Mantan Seorang Petugas Keamanan

Fauzi Saleh, contoh seorang
pengusaha sukses sekaligus
dermawan. Ini berkat kompak
dengan karyawannya. Derai tawa
dan langgam bicaranya khas
betawi. Itulah gaya H. Fauzi Saleh
dalam meladeni tamunya.
Pengusaha perumahan mewah
Pesona Depok dan Pesona
Khayangan yang hanya lulusan
SMP tersebut memang lahir dan
dibesarkan di kawasan Tanah
Abang, Jakarta. Setamat dari
SMP pada tahun 1966, beliau
telah merasakan kerasnya
kehidupan di ibukota.
Saat itu Fauzi terpaksa bekerja
sebagai pencuci mobil di sebuah
bengkel dengan gaji Rp 700 per
minggu. Bahkan delapan tahun
silam, dia masih dikenal sebagai
penjaga gudang di sebuah
perusahaan. Tapi, kehidupan
ibarat roda yang berputar.
>
Sekarang posisi ayah 6 anak
yang berusia 45 tahun ini sedang
berada diatas. Pada hari ulang
tahunnya itu, pria bertubuh kecil
ini memberikan 50 unit mobil
kepada 50 dari sekitar 100
karyawan tetapnya. Selain itu
para karyawan tetap dan
sekitar 2.000 buruh mendapat
bonus sebulan gaji. Total Dalam
setahun, karyawan dan
buruhnya mendapat 22 kali gaji
sebagai tambahan, 3 bulan gaji
saat Idul Fitri, 2 bulan gaji saat
bulan Ramadhan dan Hari Raya
Haji, dan 1 bulan gaji saat 17
Agustus, tahun baru dan hari
ulang tahun Fauzi. Selain itu,
setiap karyawan dan buruh
mendapat Rp 5.000 saat selesai
shalat Jumat dari masjid miliknya
di kompleks perumahan Pesona
Depok.
Sikap dermawan ini tampaknya
tak lepas dari pandangan Fauzi,
yang menilai orang-orang yang
bekerja padanya sebagai
kekasih. “Karena mereka
bekerjalah saya mendapat
rezeki.”, katanya. Manajemen
kasih sayang yang diterapkan
Fauzi ternyata ampuh untuk
memajukan perusahaan. Seluruh
karyawan bekerja bahu-
membahu. “Mereka seperti
bekerja di perusahaan sendiri.”
Katanya.
Prinsip manajemen “Bismillah” itu
telah dilakukan ketika mulai
berusaha pada tahun 1989 silam,
yaitu setelah dia berhenti
bekerja sebagai petugas
keamanan. Berbekal uang
simpanan dari hasil ngobyek
sebagai tukang taman,sebesar
30 juta, beliau kemudian membeli
tanah 6 x 15 meter sekaligus
membangun rumah di jalan
jatipadang, jakarta selatan.
Untuk menyiapkan rumah itu
secara utuh diperlukan
tambahan dana sebesar 10 juta.
Meski demikian, Fauzi tidak
berputus asa. Setiap malam
jumat, Fauzi dan pekerjanya
sebanyak 12 orang, selalu
melakukan wirid Yasiin, zikir dan
memanjatkan doa agar usaha
yang sedang mereka rintis bisa
berhasil. Mungkin karena usaha
itu dimulai dengan sikap pasrah,
rumah itupun siap juga. Nasib
baik memihak Fauzi. Rumah yang
beliau bangun itu laku Rp 51 juta.
Uang hasil penjualan itu
selanjutnya digunakan untuk
membeli tanah,
membangun rumah, dan menjual
kembali. Begitu seterusnya,
hingga pada 1992 usaha Fauzi
membesar. Tahun itu, lewat PT.
Pedoman Tata Bangun yang
beliau dirikan, Fauzi mulai
membangun 470 unit rumah
mewah Pesona Depok 1 dan
dilanjutkan dengan 360 unit
rumah pesona Depok 2.
Selanjutnya dibangun pula
Pesona Khayangan yang juga di
Depok. Kini telah dibangun
Pesona Khayangan 1 sebanyak
500 unit rumah dan pesona
khayangan 2 sebanyak 1100 unit
rumah. Sedangkan pesona
khayangan 3 dan 4 masih dalam
tahap pematangan tanah.
Harga rumah group pesona milik
Fauzi tersebut antara 200 juta
hingga 600 juta per unit. Yang
menarik tradisi pengajian setiap
malam jumat yang dilakukannya
sejak awal, tidak ditinggalkan.
Sekali dalam sebulan, dia
menggelar pengajian akbar yang
disebut dengan pesona dzikir
yang dihadiri seluruh buruh,
keluarga dan kerabat di komplek
pesona khayangan pertengahan
september lalu, ada sekitar 4.000
orang yang hadir. Setiap orang
yang hadir mendapatkan sarung
dan 3 stel gamis untuk shalat.
Setelah itu, ketika
beranjak pulang, setiap orang
tanpa kecuali, diberi nasi kotak
dan uang Rp 10.000. tidak
mengherankan, suasana
berlangsung sangat akrab.
Mereka saling bersalaman dan
berpelukan. Tidak ada perbedaan
antara bawahan dan atasan.
Menurut Fauzi, beliau sendiri
tidak pernah membayangkan
akan menjadi seperti ini.
“Ini semua dari Alloh. Saya tidak
ada apa2nya.” Kata pria yang
sehari-hari berpenampilan
sederhana ini. Karena menyadari
bahwa semua harta itu
pemberian Alloh, Fauzi tidak lupa
mengembalikannya dalam bentuk
infak dan shadaqoh kepada yang
membutuhkan. Tercatat,
beberapa masjid telah dia
bangun dan sejumlah kaum
dhuafa dan janda telah
disantuninya. Usaha yang
dijalankannya tersebut, menurut
Fauzi ibarat menanam padi.
“Dengan bertanam padi, rumput
dan ilalang akan tumbuh. Ini
berbeda kalau kita bertanam
rumput, padi tidak akan
tumbuh”. Kata Fauzi.
Artinya, Fauzi tidak menginginkan
hasil usaha untuk dirinya sendiri.
“Saya hanya mengambil,
sekedarnya, selebihnya
digunakan untuk kesejahteraan
karyawan dan sosial.” Katanya.
Sekitar 60 % keuntungan
digunakan untuk kegiatan sosial,
sedangkan selebihnya dipakai
sebagai modal usaha. Sejak
empat tahun lalu, ada Rp 70
milyar yang digunakan untuk
kegiatan sosial.
“Jadi, keuntungan perusahaan ini
adalah nol.” Kata Fauzi. ” Jika
setiap bangun pagi , kita bisa
mensyukuri dengan tulus apa
yang
telah kita miliki hari ini, niscaya
sepanjang hari kita bisa
menikmati hidup ini dengan
bahagia”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar